PUT THE GARBAGE IN THE RIGHT PLACE

saya tidak menyalahkan bagi siapapun yang mau bilang ini sampah, karena beginilah adanya. yang terpenting saya buang sampah pada tempatnya :)

Kukira Waktu Masih Panjang

rumah ini rasanya sepi banget deh
biasanya juga sepi sih,tapi bukan hampa yang seperti ini.


sampai saat ini
kadang aku masih berusaha meyakinkan diriku bahwa ini hanya mimpi buruk belaka,
dan berharap aku segera terbangun dan mendapati diriku berkata, "Astaghfirullah,untung cuma mimpi..". Kemudian aku berjalan ke belakang dan kudapati mama sedang jalan-jalan di taman belakang atau membaca koran di teras taman.
tapi sepertinya hal itu tidak berguna
karena bagaimanapun juga tak ada yang membangunkanku dari tidurku ini
dan tak ada yang berkata, "Dhy, kamu sedang mimpi buruk."
memang, beberapa bulan, beberapa minggu sebelum kejadian itu, beberapa kali aku bermimpi tentang kehilangan anggota keluarga. lalu biasanya aku tersentak bangun kemudian menghirup nafas lega sambil komat-kamit istighfar dan syukur.
kalo kata orang, berdasarkan kepercayaan, mimpi ini memiliki arti bahwa yang berada dalam mimpi itu akan panjang umur. so,aku kerap menenangkan diri dengan kepercayaan itu.
persetan dengan itu, nyatanya sekali kepercayaan tetap kepercayaan.


well,aku telah melewatinya...
kurang lebih sudah 9 hari sejak itu...
bukan hal yang mudah untuk mengembalikan minat belajarku (sedang UAS sekalipun),
apalagi nafsu makanku.
ini semua bukan hanya tentang kehilangan, bukan.
sesuatu yang kerap menjangkiti kalbuku...
sesuatu yang kerap membuat ruang di jiwa semakin sesak...
adalah ketika kudapati diriku yang masih jauh dari impiannya...
masih jelas kuingat pada hari-hari menjelang ajal,mama berkata,"Kamu tetep belajar ya,mbak"
dalam hati aku berkata,"Itu pasti lah,Ma, mama kan akan segera sembuh"
well,nyatanya aku hanya manusia biasa yang hanya mampu berharap dan menerawang.
"one of reasons i keep studying is to make you proud of me"


benar apa yang pernah dikatakan Imam Al-Ghazali tentang pertanyaannya:
“Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?”
jawabannya
"MATI"

satupun dari kami tak ada yang menyangka kau pergi secepat ini
angan-angan kita masih panjang
aku sudah membayangkan untuk melanjutkan karir di kota ini
sesuai permintaanmu untuk menemanimu di sini
masih kental dalam ingatanku ketika suatu hari aku denganmu berada di dalam mobil
kemudian kau berkata,"nanti kalo orang udah mati,yang bisa menyelamatkan tu cuma ilmu yang bermanfaat,amal jariyah, dan doa anak-anaknya"
entah,aku merasa mama menekankan poin ketiga
dan tak kusangka inilah saatnya

sehari setelah kepergian mama
aku mengantarkan bude ke stasiun Tugu
aku harap hal itu bisa membuatku lebih baik
tapi ternyata aku kerap memalingkan mukaku dari bude untuk sekedar menahan air mata
di stasiun ini
aku melihat kilas balik masa dimana aku dan mama menunggu kereta yang akan mengantarkan kita ke purwakarta
kita sempat solat di stasiun ini
dan kulihat pula kilas balik dimana kita memesan nasi goreng dan indomie rebus yang nikmat di kereta itu
dan juga kilas pemandangan menakjubkan yang kita lihat bersama dari balik jendela
yap,perjalanan hanya berdua yang memakan waktu 10 jam

dan sepulang mengantarkan bude
kulewati tukang jual molen di dekat perempatan
ini adalah jalan yang kerap kita lewati dulu dan kau memintaku untuk turun membeli beberapa molen untuk disantap bersama kakak adik
aku kerap malas dan pemalu
tapi kurasa hal inilah yang membuatku sekarang jadi tukang nekat
kemudian menyusuri melewati SDku dulu, tempat dimana kuhabiskan masa kecilku
saat dimana kau setia menunggu menjemputku dengan mobil sedan di depan sekolah

satu yang membuat dadaku kerap sesak yaitu
aku belum sempat mengucapkan dua kata : 'Maaf' dan 'Sayang'
kau bahkan belum sempat menciumi cucumu sendiri
kita bahkan belum berfoto bersama dengan toga yang bertengger manis di kepalaku
aku bahkan belum sempat meletakkan gaji pertama di mejamu
aku bahkan masih bermimpi untuk membelikan bros paling cantik di hari ulangtahunmu

well,takdir ini pasti terjadi
hanya misteri waktu saja yang sudah terungkap
kalo kata Papa yang pernah dinasehati sama eyang
"orang yang sudah gada,jangan dibebani,nanti dia bisa nangis,susah. skrg kita yang masih hidup harus ikhlas"
dan kini aku semakin terbiasa dengan 'mimpi buruk' ini dan yakin bahwa 'aku takkan terbangun dari mimpi ini'

mungkin aku belum menjadi anak yang mama banggakan
menjadi seorang wanita karir dengan kasih sayang bagi keluarganya
tapi aku sangat berharap dan berdoa
mama bahagia di singgasana mama yang baru
tersenyum dan merasakan hawa kebahagiaan abadi
maafkan adinda yang tak pandai merangkai kata
tapi izinkan syair doa terus melantun dari sanubariku



tertanda
anakmu

5 Responses so far.

  1. dhyanadhy says:

    untung cuma brambangi, Jogja gajadi banjir deh hahaha :D

  2. athan says:

    pengalamanmu kaya anak muda.berbanggalah..

  3. and THIS is what i called nice post.

    Dhyana, live strong! :)

Leave a Reply

lidah gatel pgn komen?
bole banget ! ^_^