PUT THE GARBAGE IN THE RIGHT PLACE

saya tidak menyalahkan bagi siapapun yang mau bilang ini sampah, karena beginilah adanya. yang terpenting saya buang sampah pada tempatnya :)

Mozaik Makasar #4 - end

 MENGADU EKSOTISME MARITIM, SAMALONA


Samalona
Inilah puncak dari perjalanan kami. Seharusnya Losari yang menjadi klimaks dari semuanya, tapi apa mau dikata, kami menganulirnya menjadi Samalona. Kok bisa nemu Samalona? Well, sebenernya kami sedang mbolang di hari sebelum hari wisata buat UGM. Mbolang ini sih dalam rangka mengisi waktu sebelum menyaksikan pengumuman kejuaraan PIMNAS yang akan diselenggarakan pada malam harinya. Nah, kami memilih rute untuk berangkat ke Benteng Rotterdam dan Losari. Kami mulai dengan naik pete-pete dan dilanjutkan dengan naik becak. Aih lucu kali dah becak ala Makassar :)
Then, kami turun di depan Rotterdam lalu menikmati spot bersejarah ini. Kemudian kami bermaksud menuju Losari. Namun, kami melihat satu jalan yang menuju perairan lepas. Iseng-iseng berhadiah, kami mampir dan bertemu dengan bapak supir perahu (apa ya namanya?). Beliau menawarkan untuk mengantar kami menuju Pulau Kayangan dan Samalona. Untuk hari pertama ini karena sudah sore kami hanya dilayani sampai Pulau Kayangan. Kalau mau ke Samalona bisa naik perahu motor tersebut dengan biaya Rp300.000,00 dan dengan kapasitas muatan maksimal 8 orang. Di Samalona ini juga disediakan fasilitas Snorkeling. Karena iming-iming yang menarik inilah, kami merencanakan untuk kabur ke Samalona setelah berhaha hihi di Trans Studio Makassar keesokan hari.

Well, meskipun begitu sempat terjadi insiden sebelum kami berlayar dengan perahu motor di hari pertama ini. Saat hendak menarik jangkar, sepertinya Pak Nahkoda ini kewalahan sehingga bukannya jangkar yang berhasil ditarik, namun malang oh malang malah beliau yang harus kecebur, brruuuuurrrr. Huft, baju basah deh =.=
Kasian si Bapak. Daripada masuk angin, bapak mengusulkan kepada kami untuk singgah sebentar di Pulau Lay Lay, tempat tinggal beliau. Yah sekalian beliau ganti baju dulu :)
Well, kami sih manud manud aja dech. Daan emang ga nyesel, karena baru kali ini liat pulau macam ini. Dimana pepohonan berjejer memanjang di salah satu sisi pulau, semacam jalan setapak, namun kalo yang ini langsung berbatasan dengan pantai. Kayak di film-film gitu deh :B
Fotonya bisa diakses di blog ini dengan judul post "Mozaik Makasar #1"

Dan inilah foto-foto yang secara random diupload,
sebagai saksi dari perjalanan kami,
yang menyenangkan dan sweet memorable :)

Hendak Berangkat ke Samalona
View Pulau Kayangan

Damar - Dhy - Mbak Nisa

Siap Snorkeling
Siput Laut

Anak Pantai, Anak Samalona


Perairan Pulau Lay-Lay

Here I Am, at Samalona

Here I Am, at Samalona [2]

Corner of Samalona

Ridwan - Yoanna - Mbak Entik - Dhy

Corner of Samalona [2]

Foto Bersama Anak Setempat

Detik-Detik Sunset



Sunset

Ngga terasa, kebahagiaan kami di Samalona harus diakhiri melihat jarum jam telah menunjukkan pukul 6. Kami bersiap untuk pulang ke seberang pulau dimana kami dijemput. Berat deh rasanya, perasaan melankolis langsung menyergap di benak kami (halah.red). Kami pun bergegas untuk naik perahu lagi dan lepas landas. Lucunya, si anak-anak pantai Samalona berlarian dan dengan kompak meneriakkan kata-kata perpisahan "Dadaaah Jogjaaa" diiringi dengan lambaiannya yang serempak. So, kami membalasnya dengan "Dadaaaah Samalonaaaaaah" dengan lambaian yang ga kalah aduhainya. Kalo diinget-inget, momen-momen seperti itu berasa kayak nonton film pake efek slow motion, mengharukaan :')


Farewell Session
Perjalanan menuju Samalona bukanlah perkara yang mudah. Hanya dengan modal perahu motor kecil, kami digempur dengan ombak yang liar. Pasrah, terombang ambing di perairan Makassar. Senam jantung, bayangan ngeri, karena sangat mungkin perahu ini terbalik seketika. Belum lagi, gempuran ombak yang asoy membuat kami basah kuyup sebelum sampai pulau tujuan. Bbbrrr. Sampai seorang teman berkata, " Tau ombak kayak gini, pikir pikir dulu deh mau berangkat ". Dan pulau itu terasa sangaaaat jauh. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 45 menit. Sesampainya di sana, semua kegalauan selama perjalanan hilang. Tergantikan dengan eksotisme, virginity, dan pasir putih Samalona. Dan favorit saya adalah, kebebasan mata memandang sejauh apapun samudra yang hanya dibatasi oleh cakrawala. Bersyukur, bahwa dunia ga hanya selebar kampus (ups.red). Semua terbayar, lunas.



And yeah, it's time to say goodbye,
or may the 'see you later' words be the better regards.



Bye Makassar,
Bye Samalona,
We dream to see you again :)

4 Responses so far.

  1. "Well, kami sih manud manud aja dech."

    T letter replace with D letter, busted! :D

    hahahhahaha
    looks like that's some kind of dream land out there.
    oh God it makes me wanna go there ._.

  2. dhyanadhy says:

    "T letter replace with D letter, busted! :D"
    prasaan km yang ngajari deh =.=

    you wanna go there? so just try Karimun Jawa. It's about 11-12 :)

  3. eleven twelve, something's wrong about this phrase -__-
    well, it's a WATER places, you know hehehehe
    maybe another place ahaha
    or i'll go to karimunjawa anyway without touching the water :O

  4. dhyanadhy says:

    pantesan bau gapernah mandi

Leave a Reply

lidah gatel pgn komen?
bole banget ! ^_^