"Dudu!", eh ada yang manggil aku, pikir Dudu
Sejurus dia tengok ke belakang. Eh, ada Mbak Sekar, terlihat berlari menuju Dudu sambil melambaikan tangan (dan juga tersenyum, imagine that). Mbak Sekar terlihat lebih cantik daripada biasanya (blush). Apa mungkin karena masih nuansa lebaran?
Dudu dengan instingnya : she (mbak sekar) is reborn, success with her fasting month. Subhanallah
Oke, balik ke cerita. Ternyata mereka janjian untuk silaturahmi bareng menuju kediaman Bang Somat. Bang Somat itu adalah pedagang siomay di depan sekolah mereka. Beliau kurang lebih berkepala 3, tetap dengan 1 istrinya dan sudah memiliki 2 anak. Anak pertama dan kedua tidak terpaut jauh usianya. Dua tahun dan lima tahun, keduanya cewek.
"Tok, tok, tok, Assalamualaikum", sapa Dudu dan mbak Sekar
"Waalaikumsalam" jawab penghuni gubuk sederhana.
Bang Somat dengan balita 2 tahunnya tampak dari balik pintu. Sumringah menyambut kedatangan mereka.
"Eh, ada Dudu dan Mbak Sekar. Monggo, monggo, lenggah sik", sambut Bang Somat
Sejurus kemudian, keluarlah balita 5 tahunnya. Berlari, gembira, bersorak, layaknya anak kecil bahagia pada umumnya. Kami mengobrol banyak dengan Bang Somat, Bu Somat, dan kedua balitanya.
Dalam perbincangan yang mengasikkan, ada pemandangan yang membuat Dudu terheran. Mbak Sekar.
Sepulang dari kediaman Bang Somat, Dudu bertanya pada Mbak Sekar.
Dudu dalam pikirannya : Mbak Sekar itu orangnya tertutup, pendiam, sedikit kaku kikuk. Bukan tipe supel, well you can imagine that. Tapi dengan kedua balita tadi, ada sisi lain dari mbak Sekar yang aku baru liat. Kebahagiaan. Pancaran yang berbeda.
"Mbak Sekar, suka anak kecil ya?", Dudu tanya
"Hm, he em", jawabnya
"Cie, udah kebelet pengen punya ya? Hayoo, prikitiew", goda Dudu
"Hush! Kamu tu ya, bapaknya aja belom ada.", jawabnya sambil tersipu, blush
"Tapi Mbak Sekar keliatan sayang banget", rese amat si Dudu
"Aku suka mereka karena mereka jadi diri mereka sendiri. Semua original. Dan aku pun nyaman."
"..............."
"Aku suka mata mereka, kepolosan mereka, tawa mereka, mimpi mereka, hmmph. Tanpa ambisi.", lanjut Mbak Sekar
"Hal yang jarang kita temui di sekolah kita ya, mbak. Hal yang jarang kita temui pada teman-teman kita, para artis, sampai tokoh pemerintahan ya, mbak. Haa, i got it.", Dudu kini paham mengapa Mbak Sekar berkepribadian seperti itu.
"Yah, mungkin aku terdengar egois. Karena terkadang aku ngerasa ga rela. Ga rela mereka nantinya beranjak dewasa.", tamat Mbak Sekar
Dudu Rindu Keluguan
Posted by dhyanadhy on 10:20 PM